Senin, 20 November 2017

pendidikan jasmani sebagai pendidikan karakter



PENDIDIKAN JASMANI SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER
( Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani dan Rohani )
Dosen Pengampu : Dra Farida Hanum.M.Kes
logo uny_n.jpg

Di Susun Oleh :          
Fadri Supriyanto          (17110241020)

Prodi Kebijakan Pendidikan
Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
2017



KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya penjatkan kehadirat Allah SWT, atas kasih dan rahmat-NYA sehingga penyusunan makalah ini dengan judul “ PENDIDIKAN JASMANI SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER ”dapat selesai. Dan tidak lupa pada kesempatan ini disampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak. Dan tidak lupa saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik penyusunan maupun penyajiannya. Disebabkan oleh keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis, oleh karena itu segala bentuk masukan yang membangun sangat diperlukan. Untuk diperbaiki lebih lanjut. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta,

Fadri Supriyanto



DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
:
……………………………………………
1
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
:
……………………………………………
……………………………………………
2
3
BAB I PENDAHULUAN

……………………………………………
4
1.1 Latar Belakang
:
……………………………………………
4
1.2 Rumusan Masalah
:
……………………………………………
5
1.3 Tujuan
:
……………………………………………
5
BAB II PEMBAHASAN
:
…………………………………………..
6
1.1 Pengertian
:
……………………………………………
6
1.2 Fungsi
:
……………………………………………
6
1.3 Peran
:
……………………………………………
7
1.4 Kelebihan dan Kekurangan Pendidikan Jasmani dalam Pembelajaran anak
:
……………………………………………
8
1.5 Pendekatan Pendidikan Karakter
:
……………………………………………
8
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

……………………………………………
11
1.1    Kesimpulan
:
……………………………………………
11
1.2    SARAN
:
……………………………………………
11
DAFTAR PUSTAKA
:
……………………………………………
13



BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melali aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan dalam mencapai pendidikan nasional. (Depdiknas 2006: 131) Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dari pendidikan mencapai tjuan mengembangkan jasmani, mental, social, serta emosional bagi masyarakat dengan wahana aktifitas jasmani. (Sukintaka. 2000:2)
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ialah pendidikan yang mengaktalisasikan potensi aktifitas manusia yang berupa sikap tindak dan karya . (Engkos Kosasih.1992:4). Menurut Nassir Rosyidi (1082: 10-11) Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah pendidikan yang mengaktulisasikan potensi aktivitas manusia berupa sikap tindak dan karya untuk dibei bentuk, isi, arah menju kebulatan kepribadiannya sesai dengan cita-cita kemanusiaan. Dapat juga diuraikan bahwa arti pendidikan jasmani itu meliputi: Gerak badan, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Pendidikan Olahraga.
Menurut Nadisah (1992:15) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah bagian dari pendidikan (secara umum) yang berlangsung melalui aktivitas yang melibatkan mekanisme gerak tubuh manusia dan menghasilkan pola-pola perilak infividu yang bersangkutan.Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap mental, emosional, spiritual, social) dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbhan serta perkembangan yang seimbang. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani Guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motibasi (motivation), dan keterampilan (skills).Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri yakni, jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berwira usaha, berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri dan ingin tahu. Pembelajaran kontekstual dan pelaksanan pembelajaran dalam integrasi pendidikan karakter pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan tujuan pendidikan jasmani diatas, maka dapat dirmuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa itu pendidikan jasmani sebagai pendidikan karakter?
2.      Apa saja tujuan dari pendidikan jasmani sebagai pendidikan karakter?
3.      Bagaimana peran pendidikan jasmani sebagai pembentuk watak dan karakter anak?
4.      Apa saja kelebihan dan kekurangan pendidikan jasmani dalam pembelajaran anak?
1.3  Tujuan
Tujuan pendidikan jasmani sebagai pendidikan karakter yakni,
1.      Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Pendidikan Jasmani sebagai Pendidikan Karakter.
2.      Untuk mengetahui kontribusi pembelajaran Pendidikan Jasmani dengan menggunakan model pembelajaran terhadap pembentukan konsep diri pada anak.
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Pengertian
Menurut Baley (1974:4), Pendidikan jasmani merupakan suatu proses yang mana adaptasi dan pembelajaran tubuh (organik), syaraf dan otot, intelektual, sosial, emosional dan estetika dapat dicapai dan dilakukan melalui aktivitas fisik yang penuh semangat. Sedangkan menurut Hetherington, yang dikutip Kroll (1982: 67). Pendidikan jasmani bermain merupakan bagian dari pendidikan jasmani, oleh sebab itu tujuan pendidikan juga merupakan tujuan bermain. Guru Pendidikan jasmani perlu memahamkan kepada para siswanya akan penting aktivitas jasmani bagi kehidupan. Kondisi saat ini, mencirikan bahwa aktivitas jasmani kurang diperhatikan banyak orang.
Pendidikan Jasmani sebagai Pendidikan Karakter adalah menciptakan keselarasan antara kualitas fisik dan perkembangan mental, yang harus diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan. Tujuan dilaksanakannya pendidikan jasmani agar supaya tiap manusia Indonesia memiliki “sehat”, baik fisik dan psikis sehingga dalam mengatur perkembangan Negara menjadi terarah, jujur dan penuh tanggung jawab. Pendidikan jasmani juga bertujan memunculkan jati diri peserta didik.
1.2 Fungsi
Fungsi Pendidikan Jasmani dan Olahraga merupakan alat pendidikan, sekaligus sebagai upaya pembudayaan. Berikut adalah penjabaran fungsi pendidikan Jasmani: Aspek Organis, Aspek Neurosmuskuler, Aspek Perseptual, Aspek Kognitif, Aspek Sosial, Aspek Emosional,dan Aspek Rehabilitasi.
a.       Aspek Organis adalah meningkatkan fungsi system tubuh yang lebih baik.
b.      Aspek Neurosmuskuler adalah meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot
c.       Aspek Perseptual adalah mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat
d.      Aspek Kognitif adalah mengembangkan kemampuan dalam membuat keputusan
e.       Aspek Sosial adalah menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan
f.       Aspek Emosional,adalah mengembangkan respon yang sehat
g.      Aspek Rehabilitasi adalah terapi terhadap kelainan tubuh
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hokum, tata karma, budaya dan adat istiadat.
Pendidikan Karakter adalah suatu system penanaman nilai-nilai karakter di Sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas. Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang dan jenis satuan pendidikan.
1.3 Peran
Peran Pendidikan Jasmani sebagai pendidikan karakter di dalam usahanya terhadap pembentukan sosial anak-anak antara lain:
a.       Menanamkan pembinaan terhadap pengakuan dan penerimaan akan norma-norma dan peraturan yang berlaku di masyarakat.
b.      Menanamkan kebiasaan untuk selalu berperan aktif dalam suatu kelompok, agar dapat berkerja sama, dapat menerima pimpinan dan memberikan pimpinan.
c.       Membina dan memupuk ke arah pengembangan terhadap perasaan sosial, pengakuan terhadap orang lain.
d.      Menanamkan dan memupuk untuk selalu belajar bertanggung jawab, dan mau memberikan bantuan atau pertolongan, serta memberikan perlindungan dan mau berkoban.
e.       Menanamkan kebiasaan untuk selalu mau belajar.
1.4 Kelebihan dan Kekurangan Pendidikan Jasmani dalam Pembelajaran anak
Berikut merupakan kelebihan dari diadakannya pendidikan jasmani: Kesehatan dan Kebugaran Jasmani, Perilaku Hidup Sehat, Kesehatan Mental, Kesehatan dan Kesejahteraan Mental, Perkembangan Sosial-Moral, Perilaku Sosial, dan Hubungan Sosial.
Beberapa kelemahan dari diadakannya pendidikan jasmani di sekolah :
1.      Infrastruktur olahraga di sekolah
2.      Sarana, prasarana, dan peralatan
3.      Tenaga guru dan program evaluasi
4.      Standar kompetensi dan syarat minimum ketuntasan belajar
5.      Alokasi waktu latihan
6.      Dukungan sumber dana
7.      Stakeholder atau penentu kebijakan pembangunan olahraga pendidikan
8.      Misi, visi dan tujuann pendidikan jasmani sebagai pendidikan karakter.

Pendekatan Pendidikan Karakter
a.       Keteladanan
Mendukung terlaksananya pendidikan karakter, satuan pendidikan formal dan nonformal harus dikondisikan sebagai pendukung utama kegiatan serta menunjukkan keteladanan anak saat melakukan olahraga. Keteladanan juga dapa ditunjukan dalam perilaku dan sikap pendidik dan tenaga kependidikan dalam memberikan contoh tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik dan mencontohnya.
b.      Pembelajaran
Pembelajaran karakter dilakukan melalui berbagai kegiatan dikelas, disatuan pendidikan formal dan nonformal, serta di luar satuan pendidikan. Di kelas, di satuan pendidikan formal dan nonformal, di luar satuan pendidikan formal dan nonformal.
c.       Pemberdayaan dan Pembudayaan
Pengembangan nilai atau karakter dapat dilihat pada dua latar, yaitu pada latar makro dan latar mikro. Latar makro bersifat nasional yang mencakup keseluruhan konteks perencanaan dan implementasi pengembangan nilai atau karakter yang melibatkan selurh pemangku kepentingan pendidikan nasional.
d.      Penguatan
Penguatan sebagai respon dari pendidikan karakter perlu dilakukan dalam jangka panjang dan berulang terus-menerus. Penguatan dimulai dari  lingkungan terdekat dan meluas pada lingkungan yang lebih luas. Disamping pembelajaran dan pemodelan, penguatan merupakan bagian dari proses  intervensi. Penguatan juga dapat terjadi dalam proses habituasi. Hal itu akhirnya akan membentuk karakter yang akan terintegrasi melalui proses  internalisasi dan personalisasi pada diri masinbg-masing individu. Penguatan dapat juga dilakukan dalam berbagai bentuk termasuk penataan lingkungan  belajar dalam satuan pendidikan formal dan nonformal yang menyentuh dan  membangkitkan karakter. Berbagai penghargaan perlu diberikan kepada satuan  pendidikan formal dan nonformal, pendidik, tenaga kependidikan, atau peserta didik untuk semakin menguatkan dorongan, ajakan, dan motivasi pengembangan karakter.
e.       Penilaian
Pada dasarnya, penilaian terhadap pendidikan karakter dapat dilakukan terhadap kinerja pendidik, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik. Kinerja pendidik dapat dilihat dari berbagai hal terkait dengan berbagai aturan yang melekat pada diri pegawai, antara lain:
1) Hasil kerja: kualitas kerja, kuantitas kerja, ketepatan waktu penyelesaian kerja, kesesuaian dengan prosedur .
2) Komitmen kerja: inisiatif, kualitas kehadiran, kontribusi terhadap keberhasilan kerja, kesediaan melaksanakan tugas dari pimpinan
Hubungan kerja: kerja sama, integritas, pengendalian diri, kemampuan mengarahkan dan memberikan inspirasi bagi orang lain. Kegiatan pendidik dan tenaga kependidikan yang terkait dengan pendidikan karakter dapat dilihat dari portofolio atau catatan harian. Portofolio  atau catatan harian dapat disusun dengan berdasarkan pada nilai-nilai yang dikembangkan, yakni: jujur, bertanggungjawab, cerdas, kreatif, bersih dan sehat, peduli, serta gotong royong. Observasi dapat dilakukan oleh atasan langsung atau pengawas dengan bersumber pada nilai-nilai tersebut untuk mengetahui apakah mereka sudah melaksanakan hal itu atau tidak.
Selain penilaian untuk pendidik dan tenaga kependidikan, penilaian pencapaian nilai-nilai budaya dan karakter juga dapat ditujukan pada peserta didik yang didasarkan pada beberapa indikator. Penilaian dilakukan secara  terus-menerus, setiap saat pendidik berada di kelas atau di satuan pendidikan formal atau nonformal.
KESIMPULAN
            Pendidikan Jasmani adalah studi, praktik, dan ilmu gerak manusia. Pendidikan jasmani adalah bagian dari system pendidikan secara keseluruhan. Tujuan diadakannya pendidikan jasmani sebagai pendidikan karakter pada anak yaitu mengembangkan keterampilan fisikal, mengembangkan kebugaran fisikal, mengembangkan sosial dan untuk mengembangkan sikap dan juga apresiasi.
            Dalam pembangunan karakter individu, pendidikan jasmani mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas, sumber daya manusia yang dilakukan dengan berbagai aktivitas jasmani, sehingga diperolah kesehatan dan kebugaran tubuh. Melalui jalur pendidikan jasmani, baik aspek fisik (kualitas fisik) maupun aspek non-fisik (kualitas non-fisik) yang menyangkut kemampuan kerja, berfikir dan ketrampilan dapat teratasi. Keduanya harus ssaling terkait dan mendukung sehingga peningkatan kualitas sumber daya manusia yang tangguh dapat tercapai.
SARAN
            Dengan adanya uraian tentang pendidikan jasmani diharapkan mampu mengikis anggapan yang kurang tepat dalam penilaian mengenai pendidikan jasmani. Sehingga tidak terjadi salah persepsi, hal yang penting dianggap sebagai hal yang sampingan. Dalam pembentukan karakter dan watak yang baik, peranan jasmani adalah dasar dalam memulai jiwa yang berkarakter. Sebaiknya, lebih mengamalkan pendidikan jasmani sebagai keutamaan yang sama seperti studi bidang yang lain yang berperan dalam upaya kemajuan dan eksistensi bangsa yang dimulai dari kesehatan fisik dan psikis yang disempurnakan oleh kegiatan-kegiatan jasmani.


DAFTAR PUSTAKA
Baley, J.A and Field, D.A (1976). Physical Education and The Physical Educator 2 nd. Boston: Allyn and Bacon inc
Nadisah . (1992). Pengembangan Kurikulm Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud Dir Jen Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Kosasih, Engkos. (1994). Olahraga dan Program Latihan. Akademika Presindo. Jakarta
Kroll, W.P. (1982). Graduate Study and Research in Physical Edcation. Champaign illionis: Human Kinetivs Publisher.
Sukintaka. ( 2000). Teori Pendidikan Jasmani. Yayasan Nuansa Cendekia: Yogyakarta

makalah kebugaran jasmani untuk siswa dasar

fadrisupri.wordpress.com

KEBUGARAN JASMANI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR
 ( Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani dan Rohani )
Dosen Pengampu : Dra Farida Hanum.M.Kes

Di Susun Oleh :          
Fadri Supriyanto          (17110241020)

Prodi Kebijakan Pendidikan
Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
2017


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya penjatkan kehadirat Allah SWT, atas kasih dan rahmat-NYA sehingga penyusunan makalah ini dengan judul “ KEBUGARAN JASMANI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR” dapat selesai. Dan tidak lupa pada kesempatan ini disampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak. Dan tidak lupa saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik penyusunan maupun penyajiannya. Disebabkan oleh keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis, oleh karena itu segala bentuk masukan yang membangun sangat diperlukan. Untuk diperbaiki lebih lanjut. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta,

Fadri Supriyanto










DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
:
……………………………………………………………......
I
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
:
……………………………………………………………......
……………………………………………………………......
II
III
BAB I PENDAHULUAN

……………………………………………………………......
1
1.1 Latar Belakang
:
……………………………………………………………......
1
1.2 Rumusan Masalah
:
……………………………………………………………......
2
1.3 Tujuan
:
……………………………………………………………......
2
BAB II PEMBAHASAN
:
……………………………………………………………......
3
1.1
:
……………………………………………………………......

1.2
:
……………………………………………………………......

1.3
:
……………………………………………………………......

1.4
:
……………………………………………………………......

1.5
:
……………………………………………………………......

1.6
:
……………………………………………………………......

1.7.
:
……………………………………………………………......

1.8
:
……………………………………………………………......

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN



1.1    Kesimpulan
:
……………………………………………………………......

1.2    SARAN
:
……………………………………………………………......

DAFTAR PUSTAKA
:
……………………………………………………………......





BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas keseharian tanpa mengalami kelelahan yang berarti, dan masih mempunyai cadangan sisa tenaga untuk melakukan aktivitas yang lain. Kebugaran jasmani bagi anak Sekolah Dasar sangat penting untuk menyediakan tugas-tugas belajar di sekolah  dengan baik.
Di samping itu, kebugaran jasmani bagi anak untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik yang baik. Pada proses pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan di Sekolah Dasar (SD) memiliki tujuan untuk mewadahi keterampilan gerak anak, karena pada usia Sekolah Dasar anak sangat aktif bergerak. Gerakan yang muncul adalah tuntutan dari kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak yang diransang oleh hormon pertumbuhan sehingga anak Sekolah Dasar aktivitas geraknya seperti tidak ada habisnya. Permasalahan yang masih sering terjadi adalah masih banyaknya ditingkat anak sekolah dasar yang kreativitasnya terbatas pada materi yang telah ditentukan dan ditambah lagi kekurang
B.      Rumusan Masalah
           
C.     Tujuan
Tujuan utama kebugaran jasmani yaitu  untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat kebugaran jasmani pada anak. Unsur – unsur kebugaran jasmani yang berhubungan dengan konsep kebugaran jasmani dalam kehidupan sehari – hari terdiri  dari kekuatan, kelenturan dan keseimbangan. Bentuk ini akan diuraikan bentuk – bentuk latihan kelenturan,  daya tahan paru jantung, kekuatan, daya tahan otot, kecepatan, komposisi Tubuh  dan keseimbangan  yang dapat dilakukan dengan cara yang mudah dan murah, namun menghasilkan kebugaran yang maksimal apabila dilakukan dengan benar, teratur, dan dalam jangka waktu yang lama.

D.    Manfaat
Peserta didik di Sekolah Dasar (SD) dalam masa pertumbuhan sangat memerlukan aktivitas fisik dalam bentuk latihan kebugaran (olahraga) yang teratur, baik dan benar agar berpengaruh terhadap, beberapa hal, antara lain sebagai berikut:
a.       meningkatkan efisiensi kerja jantung, meningkatkan daya kerja paru-paru secara efisien.
b.      meningkatkan tumbuh dan kurangnya pembuluh darah, meningkatkan volume darah sehingga lebih.
c.        meningkatkan sarana penyaluran oksigen lebih banyak keseluruh jaringan tubuh
d.      meningkatkan ketegangan otot dan pembuluh darah serta mengubah jaringan yang lemah dan lunak menjadi jaringan yang kuat dan kokoh.
e.       mengubah kondisi tubuh yang terlampau gemuk menjadi tegap dan berisi.
f.       meningkatkan konsumsi oksigen secara maksimal.
g.      mengubah seluruh pandangan hidup kita

BAB II PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Teori
1.      Hakikat Kesegaran Jasmani
Menurut Arma Abdoellah dan Agus Manadji (1994: 146)  kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari  dengan semangat tanpa rasa lelah  yang berlebihan dan dengan penuh  energi melakukan dan menikmati kegiatan pada waktu luang yang dapat  menghadapi keadaan darurat bila  datang. (Menurut Muhajir 2007:57).  Kesegaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan  penyesuaian (adaptasi) terhadap  pembebasan fisik yang diberikan  kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa menimbulkan  kelelahan yang berlebihan.
Menurut Suharjana (2006: 11), kesegaran jasmani adalah kualitas  seseorang untuk melakukan aktivitas sesuai pekerjaannya secara optimal  tanpa menimbulkan problem kesehatan  dan kelelahan secara berlebihan. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 2-3) pengertian kesegaran  jasmani adalah “kemampuan seseorang untuk dapat melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya”. Menurut, Djoko Pekik Irianto (2004:2-3). Kesegaran digolongkan menjadi 3 kelompok yakni:
a.       Kesegaran Statis: Keadaan seseorang yang bebas dari penyakit dan  cacat atau disebut sehat.
b.      Kesegaran Dinamis: kemampuan seseorang bekerja secara efisien yang tidak memerlukan keterampilan khusus, misalnya berjalan, berlari, melompat, mengangkat.
c.       Kesegaran Motoris: kemampuan seseorang bekerja secara efisien menutut keterampilan khusus, misalnya seorang pelari dituntut memiliki teknik berlari dengan benar untuk memenangkan perlombaan.
2.      Komponen-komponen Kesegaran Jasmani
a.       Kesegaran Jasmani Yang berhubungan Dengan Kesehatan.
Menurut Djoko Pekik I (2000 : 40) kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan memilki empat komponen dasar, meliputi :
                                               i.            Daya Tahan Paru Jantung
                                             ii.            Kekuatan Daya Tahan Otot
                                           iii.            Kelentukan
                                           iv.            Komposisi Tubuh
Sedangkan menurut Corbin dan Lindsey (1997 : 5-8) komponen  kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan meliputi :
                                                        i.            Komposis Tubuh
                                                      ii.            Kesegaran Kardiovaskuler
                                                    iii.            Kelentukan
                                                    iv.            Ketahanan otot
                                                      v.            Kekuatan
a.       Kesegaran Jasmani Yang Berhubungan Dengan Keterampilan.
Menurut Corbin dan Lindsey (1997 : 5-8) komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan ketrampilan meliputi:
                                   i.            Ketangkasan
                                 ii.            Keseimbangan
                               iii.            Koordinasi
                               iv.            Tenaga
                                 v.            Waktu Reaksi
                               vi.            Kecepatan
Sedangan menurut Nurhasan (2001 : 133) kesegaran jasmani yang  berhubungan dengan ketrampilan meliputi :
                                   i.            Kecepatan
                                 ii.            Power
                               iii.            Kesimbangan
                               iv.            Kelincahan
                                 v.            Koorinasi
                               vi.            Kecepatan Reaksi
Arti dari masing- masing komponen kesegaran jasmani
        i.            Daya Tahan Otot Dan Paru-paru
Menurut Djoko Pekik Irianto (200 : 23) daya tahan kardiorespirasi  merupakan kemampuan fungsional paru jantung mensuplai oksigen  untuk kerja otot dalan waktu lama. Corbin dan Lindsey (1997 : 5) menyatakan bahwa daya tahan kardiorespirasi merupakan kemampuan jantung, pembuluh darah, darah dan sistem respirasi untuk mensuplai  bahan bakar khususnya oksigen ke dalam otot, menggunakan pada saat latihan. Len Kravitz (1997 : 5) “mengemukakan daya tahan jantung, paru-paru pembuluh dara dan grup otot-otot yang besar untuk melakukan latihan-latihan yang keras dalam jangka waktu yang lama”. Wahjoedi (2000 : 9) mengatakan daya tahan jantung dan paru-paru adalah kapasitas sistem jantung dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal saat melakukan aktifitas sehari 0 hari dalam waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
      ii.            Kekuatan Otot
Menurut pendapat Djoko Pekik I (2000 : 29) kekuatan otot adalah kemampuan sekelompok otot melawan beban dalam satu usaha. Sedangkan pendapat Rusli Lutan , J. Hartoto dan Tomo liyus (2001 : 62) kekuatan otot dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengerahkan daya tahan semaksimal mungkin untuk mengatasi sebuah tahanan. Pendapat Mochamad Sajoto (1988 : 45) kekuatan otot adalah kemampuan otot atau kelompok otot untuk melakukan kerja, dengan menahan bebabn yang diangkatnya. Sedangkan menurut Iskandar Z.A, dkk (1999 : 5-6) secara  fisiologis, kekeuatan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal melawan tahanan atau beban. Secara mekanis kekuatan otot didefinisikan sebagai gaya (Force) yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok  otot dalam satu kontraksi maksimal, Menurut Sadoso S (1992 : 20) kekuatan otot adalah kemampuan otot maksimal untuk mengangkat  suatu bebab. Len Kravitz (1997 : 6) mengatan kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk menggunakan tenaga maksimal atau  mendekati maksimal untuk mengangkat beban.
    iii.            Daya Tahan Otot
Daya tahan otot adalah kemampuan sekelompok otot untuk  mengerahakan daya maksimum selama periode waktu yang relatif lama terhadap sebuah tahanan yang lebih ringan dari pada beban yang  bisa digerakkan oleh seseorang Rusli Lutan,J. Hartoto dan  Tomoliyus (2001 : 62). Sedangkan menurut Djoko Pekik I (2000 : 29) daya tahan otot adalah kemampuan sekelompok otot melakukan serangkaian kerja dalam waktu lama. Menurut Sadoso S (1988 : 21) ketahanan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan suatu pekerjaan yang berulang-ulang atau berkontraki pada waktu yang lama. Iskandar Z.A, dkk (1999: 6) daya tahan otot adalah kapasitas otot untuk melakukan kontraksi secara terus-menerus pada tingkat intensitas submaksimal.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan daya tahan otot merupakan kemampuan otot melakukan kerja yang berturut-turut dalam jangka waktu yang cukup lama.
    iv.            Kelentukan
Menurut Djoko Pekik I (200 : 29) pengertian kelentukan adalah kemampuan persendian untuk bergerak secara leluasa. Sedangkan  menurut Rusli Lutan, J. Hartoto dan Tomoliyus  (2001 : 80)  fleksibilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari sebuah sendi  dan otot, serta tali sendi di sekitarnya untuk bergerak dengan leluasa  dan nyaman dalam ruang gerak maksimal yang diharapkan. Menurut Mochamad Sajoto (1988 : 44) kelentukan adalah keefektifan sesorang dalam menyesuaikan diri untuk segala hal  dengan penguluran seluas-luasnya, terutama otot dan ligament di sekitar persendian. Pendapat Sadoso S (1988 : 21) Kelenturan adalah kapasitas fungsional persendian-persendian kita untuk bergerak pada daerah gerak yang maksimal, bergantung pada panjang otot, tendon dan ligament tubuh.
Berdasarkan pendapat diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa kelentukan gerak dari persendian tubuh melakukan gerak yang luas jangkauannya tergantung pada peraturan tendo, ligament, jaringan penghubung dan otot.
      v.            Komposisi Tubuh
Menurut Len Kravitz (1997 : 7) “komposisi tubuh adalah  persentase lemak tubuhm dari berat badan tanpa lemak (oto, tulang rawan dan organ vital)”. Karena lemak merupakan bagian dari pada tubuh yang dapat memberikan andil pada keindahan bentuk tubuh bila  jumlahnya tepat dan sesuai dengan jumlah dan letaknya, oleh karena itu persentase lemak haruslah kita ketahui dengan cara melakukan pengukuran dengan menggunakan alat sehinfold caliper di bagian-bagian tertentu seperti triceps, beceps, sub scapila dan suprailiaka. Presentase lemak tubuh biasanya tergantung pada jenis kelamin, usia, keturunan dan aktifitas seseorang. Karena pada umumnya semakin usia menanjak akan semakin meningkat pula persentase lemak tersebut khususnya bagi kaum wanita. Jadi secara umum dapat ditarik konklusi bahwa kecil persentase lemak, maka akan semakin baik kinerja seseorang. Ada beberapa fungsi lemak anatar lain yaitu:
a.       Perlindungan organ-organ bagian dalam tubuh
b.      Membantu memberikan garis bentuk tubuh
c.       Sebagai cadangan makanan
Sesesorang ataupun siswa yang mempunyai badan besar atau terlihat berlebihan lemak pada tubuhnya sangatlah mempengaruhi ruang gerak yang ada pada dirinya, untuk itu hendaklah kita selau menjaga komposisi tubuh kita agar selalu seimbang yaitu melalui olahraga secara teratur dan terprogram.
    vi.            Kecepatan
Menurut Wahjoedi (2000 : 61) mengemukakan bahwa kecepatan adalah “kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”. Kecepatan tidak hanya dibutuhkan untuk berlari tetapi pada dasarnya kecepatan dapat digunakan dalam segala bentuk aktifitas seperti dalam menyelesaikan tugas, baik pekerjaan harian maupun tugas-tugas belajar sebagai siswa.
  vii.            Kelincahan.
Menurut Wahjoedi (2000 : 61) kelincahan merupakan kemampuan tubuh untuk mengubah arah secara tepat tanpa adanya gangguan keseimbangan atau kehilangan keseimbangan. Dengan kordinasi dan kecepatan yang tinggi maka dengan sendirinya seseorang akan memiliki kesegaran yang baik karena dalam komponen kelincahan memadukan semua unsur gerakan dan daya tahan tubuh.
viii.            Keseimbangan.
Menurut Wahjoedi (2000 : 61) adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi atau sikap tubuh secara tepat pada saat melakukan gerakan. Karena pada dasrnya keseimbangan sangat diperlukan untu selalu dapat mempertahankan postur dan  kondisi  tubuh baik pada saat berjalan, duduk atau melakukan aktifitas fisik lainnya dalam menyelesaikan tugas-tugas keseharian.
    ix.            Kecepatan Reaksi
      x.            Menurut Wahjoedi (2000 : 61) kecepatan reaksi adalah waktu yang diperlukan untuk memberikan respon kinetik setelah menerima suatu stimulaus atau rangsangan. Karena melalui rangsangan reaksi tersebut mendapat sumber dari : pendengaran dan rabaan. Berdasarkan  penjelasaan di atas jelas bahwa kecepatan reaksi sangatlah penting bagi setiap individu maupun bagi siswayang melakukan aktifitas kerja maupun belajar setap harinya.
    xi.            Koordinasi.
Menurut Wahjoedi (2000 : 61) koordinasi adalah kemampuan  tubuh untuk melakukan gerakan secara tepat, cermat dan efisien.
3.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani seseorang  dapat dipengaruhi oleh dua faktor yakni, faktor internal dan faktor eksternal. Yang dimaksud faktor internal adalah sesuatu yang sudah terdapat dalam tubuh seseorang yang bersifat menetap misalnya genetik, umur, jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternal diantaranya aktivitas fisik, lingkungan dan kebiasaan merokok (Djmanshiro, 2008).  Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 7-9), pola hidup sehat meliputi: makan, istirahat, dan olahraga. Ketiganya dijelaskan seperti berikut :
a.                            Makan  Untuk mempertahankan hidup secara layak manusia memerlukan makanan yang cukup, baik kuantitas atau kualitas, yakni memenuhi syarat makanan sehat berimbang, cukup energi dan nutrisi meliputi, karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Kebutuhan energi untuk bekerja sehari-hari diperoleh dari makanan sumber energi dengan proporsi karbohidrat 60% lemak 25% dan protein 15%. Untuk memperoleh kebugaran yang prima selain memperhatikan makan sehat berimbang juga di tuntut untuk meningkatkan kebiasaan yang tidak sehat seperti merokok, minum alkohol dan makan berlebihan dan tidak teratur.
b.                            Istirahat  Tubuh manusia tersusun atas sistem organ, organ, jaringan serta sel yang mempunyai kemampuan kerja terbatas. Seseorang tidak akan mampu bekerja terus menerus sepanjang hari tanpa berhenti. Kelelahan adalah salah satu indikator keterbatasan fungsi organ manusia. Untuk itu istirahat sangat diperlukan agar tubuh memiliki kesempatan melakukan pemulihan (recovery) sehingga dapat melakukan kerja atau aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
c.                            Olahraga  Banyak cara dilakukan oleh masyarakat untuk mendapatkan kesegaran misalnya dengan pijat (masase), mandi uap (sauna), berendam di air hangat atau dengan berlatik olahraga. Berolahraga merupakan salah satu alternatif palng efektif dan aman untuk memperoleh kesegaran sebab olahraga mempunyai berbagai manfaat, antara lain manfaat fisik, manfaat psikis, dan manfaat sosial.
Menurut Rusli Lutan (2002: 31-33), ada beberapa faktor yang mempengaruhi latihan kesegaran jasmani yaitu intensitas (overload), kekhususan (specification), frekuensi latihan, kekhasan seseorang atau bersifat perorangan, motivasi berlatih.
Dari pendapat di atas dijelaskan sebagai berikut:
a.       Intensitas (Overload)
Untuk meningkatkan kesegaran jasmani, seseorang harus melakukan tugas kerja yang lebih berat dari kebiasaannya. Hal ini dapat dilakukan baik dengan menempuh jumlah beban kerjanya atau mempersingkat waktu pelaksanaannya. Pemberian beban yang selalu meningkat melebihi beban yang telah diatasi disebut prinsip beban lebih (overload).  
b.      Kekhususan (Specification)
Peningkatan dalam berbagai aspek kesegaran jasmani adalah bersifat spesifik, sesuai dengan jenis latihan yang ditujukan terhadap kelompok otot yang terlibat. Latihan kekuatan misalnya, tentu tidak akan banyak berpengaruh terhadap peningkatan daya tahan aerobik. Jadi, setiap jenis latihan kearah pembinaan unsur kesegaran yang lebih khusus. Koordinasi tidak meningkat, bila dilatih dengan latihan melompat berulang kali dengan bertumpu pada kedua kaki. Karena pembinaan kebugaran yang dimaksud bersifat menyeluruh, maka programnya juga harus pada semua komponen kesegaran jasmani.
c.       Frekuensi Latihan
Seberapa sering orang berlatih, pasti akan mempengaruhi perkembangan kesegaran jasmaninya. Latihan yang teratur, kadang berlatih, dan kadang-kadang diselingi dengan masa istirahat yang lama juga sama buruknya dengan tidak berlatih. Kejadian seperti ini disebut ketidak sinambungan latihan, suatu kelemahan dalam pembinaan. Otot-otot yang dilatih secara teratur dengan frekuensi yang cukup akan mengalami perkembangan. Serabut ototnya semakin bertambah tebal, dan area itu ototnya menjadi semakin besar. 
d.      Kekhasan Seseorang/Bersifat Perorangan
Setiap orang meningkatan kesegaran jasmani dengan kadar yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor seperti, usia, bentuk tubuh, keadaan gizi, berat badan, status kesehatan, dan kuat lemahnya motivasi.
e.       Motivasi Berlatih
Anak-anak begitu senang bermain ketika kecil, ketika usianya meningkat kesenangannya berkurang. Permasalahan penting yang berkaitan dengan kesiapan untuk berlatih, selain sikap positif terhadap aktivitas jasmani juga dorongan untuk berpartisipasi dalam kegiatan itu. Faktor yang mempengaruhi motivasi anak dalam kegiatan jasmani khususnya pada orang dewasa antara lain :
                                i.            Kegiatan untuk memperoleh bentuk tubuh yang pantas dipandang atau ideal.
                              ii.            Keinginan untuk memperoleh banyak relasi atau hubungan sosial.
                            iii.            Keinginan untuk menunjukkan kemampuan.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa olahraga yang teratur, makan yang bergizi baik (seimbang) dan istirahat yang cukup merupakan faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani.

4.      Jenis tes kondisi fisik
Sajoto (1992:11) mengemukakan bahwa terdapat berbagai macam tes kondisi fisik yakni sebagai berikut :
a.       Tes Kekuatan otot
Tes ini untuk mengetahui kemampuan kekuatan otot seseorang. Ada dua bentuk tes yang dimaksud, masing-masing adalah :
                                                                                   i.            Tes laboratorium dengan mempergunakan alat-alat seperti dynamo meter dan tensiometer, yang mudah didapat dan mudah dipergunakan adalah dynamometer. Hand and grip dynamometer ialah alat untuk mengukur dorong dan tarik lengan, serta kekuatan genggam tangan. Sedang leg and back dynamometer adalah alat untuk mengukur kekuatan otot-otot paha dan pinggang.
                                                                                 ii.            Tes lapangan atau performance tes-tes ini untuk mengetahui secara langsung mengenai kemampuan kekuatan serta daya tahan otot seseorang. Salah satu tes tersebut adalah “Navy standard physical fitness test”. Otot yang diukur adalah lengan, paha, dan perut.
b.      Tes daya tahan (endurance)
Tes ini untuk mengetahui kemampuan cardiofasculair sistem didalam mengelola O2 dalam tubuh yang dipergunakan pada waktu kerja berat. Kemampuan ini dikenal dengan simbol VO2 max, atau disebut sebagai Maximal Aerobik Power dengan satuan yang dipakai adalah liter per menit per berat badan, disingkat dengan cc/kg/BB/men.
                                                                                   i.            Tes laboratorium dengan mempergunakan alat-alat seperti Ergocykle dan Treadmill.
                                                                                 ii.            Tes lapangan atau performance test seperti Havard step Test, dan lari 12 menit (aerobic test). Sekarang dikenal test lari 15 menit dari Alan D. Roberts.
c.       Tes daya ledak (Muscular Power)
Tes ini untuk mengukur kemampuan daya ledak otot tertentu; sampai saat ini penyusun hanya mengetahui tes daya ledak kaki yang menggunakan metode dan standar dari Alan D. Roberts dan Margaria- Kalamentsatir Test.
d.      Tes Kecepatan (speed) Tes ini untuk mengukur kecepatan seseorang dalam bergerak. Tes atau standar yang sering digunakan adalah tes kecepatan bergerak dengan lari cepat 40 Yard lurus kedepan dari Alan D. Roberts.
e.       Tes Daya Lentur.
                                                                                   i.            Tes laboratorium dengan mempergunakan alat-alat seperti qoneometer fleksometer atau elektrogoniometer.
                                                                                 ii.            Tes dilapangan dengan penggaris, pada umumnya untuk mengukur kelenturan sendi-sendi dalam tubuh seperti tes untuk mengukur :
                                                                               iii.            Daya lentur punggung kedepan dan kebelakang.
                                                                               iv.            Daya lentur (renggang) dari selangkang
\
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A.     Kesimpulan
Berdasarkan hasil makalah ini dapat disimpulkan “Kebugaran Jasmani Bagi Siswa SD Sekolah Dasar’’ bagian penting dari kurikulum sekolah yang dirancang untuk membantu siswa mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk menjadi aktif dan sehat dalam hidupnya. Jika para siswa selalu melakukan aktivitas jasmani meskipun tidak sedang dalam pembelajaran pendidikan jasmani, maka dikatakan bahwa pendidikan jasmani telah berhasil menjadikan siswa mempunyai kebiasaan hidup aktif.
B.     Saran
Beberapa saran yang perlu disampaikan berdasarkan simpulan di atas, antara lain:
1.      usaha kesehatan sekolah (UKS) sebagai wadah pembinaan peningkatan kualitas jamani yang menggunakan konsep sekolah sehat paripurna ( Comprehensive School Health/CSH) perlu ditingkatkan perannya dalam mengembangkan aktivitas jasmani siswa;
2.      Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan perlu membuat kebijakan yang mengatur perlunya siswa sekolah dasar melakukan aktivitas jasmani setidaknya 90 menit per hari;
3.      Penerapan aktivitas jasmani harian (Daily Physical Activity/DPA) yang sudah dirintis di Indonesia melalui rintisan Model Sekolah Sehat (MSS) perlu diaktifkan kembali, baik dalam pengembangan sekolahnya maupun aktivitas jasmaninya;
4.      Program transportasi aktif perlu diterapkan bagi siswa sekolah dasar di Indonesia;
5.      Model Bus Sekolah Berjalan (the Walking School Bus)  perlu diuji cobakan dan dikembangkan penerapannya di sekolah dasar di Indonesia dengan pertimbangan bahwa model tersebut memiliki muatan nilai kebugaran dan sosial yang tinggi;
6.      Perlu adanya program penataan ruang dan lingkungan bagi sekolah dasar yang belum memberikan kemudahan akses bagi siswa untuk melalukan aktivitas jasmani harian.
















DAFTAR PUSTAKA

Corbin, B Charles dan Lindsey, Ruth. (1997). Physical Fitness. Dubuque: Times Mirror Higher Education Group, Inc
Djoko Pekik Irianto (2004). Panduan Latihan Kebugaran yang Efektif dan Aman.
Yogyakarta. Lukman Offset
Len Kravitz. (1997).  Panduan Lengkap. PT Raja Grafindo: Jakarta
Iskandar Z. Adisapoetra, dkk. (1999).  Panduan Teknik Tes dan Latihan  Kesegaran Jasmani untuk Anak Usia Sekolah. Seminar dan Widiakarya Nasional Olahraga dan Kesegaran Jasmani, Pusat Pengkajian dan  Pengembangan IPTEK Olahraga. Jakarta
Manadji, Agus. dan Abdullah, Arma (1994). Dasardasar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan  dan Kebudayaan.
Muhajir. (2007).   Pendidikan Jasmani Teori dan Praktik 1. Jakarta: Erlanggs
Nurhasan (2001). Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta : Depdikbud
Rusli Lutan , J. Hartoto dan Tomo liyus (2001). Pendidikan Kebugaran Jasmani Orientasi Pembinaan di Sepanjang Hayat. Jakarta: Dirjen Olahraga, Depdiknas
Sadoso Susmosardjuno. (1992). Petunjuk Praktis Kesehatan Olahraga. Jakarta: Pustaka KGU
Sajoto (1988). Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta: Effar dan Dhaid Prize
Suharjana (2006). Pendidikan Kebugaran Jasmani. Pedoman Kuliah. Yogyakarta. FIK UNY
Wahjoedi (2000). Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: PT Raja Grafindo



pendidikan jasmani sebagai pendidikan karakter

PENDIDIKAN JASMANI SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER ( Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani da...